Senin, 14 Oktober 2013

Cerpen Kekasih Untuk Sahabatku



      Hari ini hari senin. Mentari seakan tersenyum mulai tampak bercahaya keluar dari tempat persembunyiannya. Titik-titik embun masih tersisa disela-sela dedaunan hijau, bunga-bunga mulai bermekaran menebarkan aroma bahagia sesuai dengan perasaan Nadia saat ini. Namanya Nadia Indriani, biasanya di panggil dengan sebutan Nadia.  Gadis ini terlihat selalu bahagia walaupun hatinya menangis. Ia tidak mau menampakkan kesedihannya karena itu akan membuat dirinya semakin terpuruk. Baginya biarlah semua itu lepas dengan senyuman keikhlasan.
“ Nad… suara ibu terdengar samar-samar memanggil anak kesayangannya itu.
“ Iya Bu” jawab Nadia yang masih di kamar. Nadia langsung bergegas menuju ke ruang makan. Segelas susu hangat dan sepiring nasi goreng telah tersaji di atas meja. Setelah sarapan, jam sudah menunjukkan pukul 06.30 menit. Nadia berpamitan kepada ibunya untuk berangkat ke sekolah.
“ Bu, Nad berangkat ya.. Assalamualaikum..” pamit Nadia sambil menyalami tangan wanita separuh baya itu.
“ Iya Nak, hati-hati di jalan. Waalaikumsalam..”
“ Baik Bu..” balas Nadia dengan senyuman yang sumringah sambil berlalu dari hadapan sang ibu.
     Nadia merupakan anak satu-satunya dari keluarga ini yang lebih tepatnya lagi disebut anak tunggal. Ayah telah lama meninggal ketika umurnya masih 4 tahun, sejak itu Nadia diasuh dan di besarkan ibunya. Akhirnya ia tumbuh menjadi gadis yang solehah, baik, penyabar, berbudi pekerti luhur, dan banyak lagi sifat baik lainnya hingga tidak dapat dituliskan satu persatu kebaikannya. Ia sangat patuh dan berbakti kepada ibunya. Sejak ayah meninggal, ibunya lah yang mengambil alih untuk mencari nafkah demi mencukupi kebutuhan sehari-hari. Ibu Nadia bekerja sebagai penjual jamu keliling. Hasilnya Alhamdulillah bisa mencukupi kebutuhan mereka. Selain itu ibu Nadia juga mempunyai sebuah warung kecil yang menjual barang kecil-kecilan. Setelah pulang sekolah Nadia selalu membantu ibu untuk menjaga warung itu.
     Dengan sejuta semangat Nadia melangkahkan kaki menuju ke sekolahnya. Hari ini kelihatannya ia ceria banget, ntah apa gerangan yang membuat gadis manis itu bisa sebahagia ini. yang pastinya ia akan ketemu ma pujaan hatinya di sekolah dan kedua ia akan ketemu ma sobat karibnya, Olivia. Olivia merupakan sahabat terbaik Nadia sejak dari kecil. Cukup lama juga persahabatan mereka bisa bertahan hingga kelas XII sekarang ini. Olivia gadis yang baik, periang, selalu ngerti sahabatnya tetapi agak sedikit manja. Dari kejauhan udah keliatan Olivia duduk di koridor sekolah. Nadia pun langsung menghampirinya.
     Tidak berapa lama kemudian bel tanda pelajaran pertama dimulaipun berbunyi. Semua siswa masuk ke kelasnya masing-masing, begitu juga dengan Nadia dan Olivia. Mereka langsung bergegas melangkah menuju ke kelas XII IPA 2. Mata pelajaran pertama adalah pelajaran yang paling disukai Nadia yaitu hitung-menghitung, tidak lain pelajaran itu adalah matematika apalagi guru yang mengajarnya sangat ramah dan menyenangkan, rumus demi rumus dijelaskan dengan metode yang mudah dipahami oleh siswanya.
     Aldo, yang merupakan pacar Nadia adalah pria yang terkesan baik, dewasa, cakep, keren, dan juga sangat perhatian dan pengertian. Hubungan mereka sudah terjalin cukup lama yaitu setahun delapan bulan. Nadia sangat mencintai dan menyayangi Aldo, begitu juga dengan Aldo. Aldo ingin selalu ada buat Nadia, memperhatikan Nadia, dan saling melengkapi satu sama lain. Satu hal yang sangat disukai Nadia dari Aldo yaitu Aldo selalu bisa nerima dia apa adanya bukan ada apanya. Aldo memang terlahir dari keluarga yang berada, ibunya seorang dosen di sebuah Universitas di Bandung sedangkan ayahnya seorang manager perusahaan di sebuah kantor ternama.  Tetapi hal itu tidak pernah terlintas di hati Aldo untuk membandingi latar belakang keluarganya dengan keluarga Nadia. Aldo tetap menyayangi Nadia segenap jiwa dan raganya. Baginya kekurangan dan keterbatasan bukanlah jadi penghalang cinta mereka. Segala yang telah terjalin akan tetap terjaga.
     Aldo, kakak kelas Nadia sekaligus pacarnya itu mempunyai hobby main basket dan piano. Nadia terkesima jika lagi ngeliat Aldo bermain piano. Ia terbawa dengan alunan cerita cinta yang terjalin diantara mereka seiring dengan lantunan lagu yang dinyanyikan Aldo. Rasanya segala aktivitas terhenti begitu saja dengan nada piano yang dimainkan Aldo.
     Hari-hari selalu mereka lewati bersama. Walaupun Nadia punya pacar, tetapi ia tidak pernah ngelupain Olivia yang merupakan sahabat terbaiknya, tempat mengadu suka dan duka. Nadia bangga bisa memiliki dan dimiliki oleh mereka. Nadia ingin terus bersama dan saling berbagi dengan orang-orang yang ia cintai dan sayangi. “Moga kebahagiaan itu tidak pernah berakhir”,  batinnya.
     Keesokan harinya, ketika pelajaran olahraga kepala Nadia mendadak pusing. Sebelumnya ia juga sering pusing tetapi tidak separah ini. Nadia berusaha untuk tidak memanjakan dirinya, tetapi keadaan telah buat dia tidak sadarkan diri. Nadia terjatuh dan pingsan tergeletak di tengah-tengah lapangan basket ketika disuruh lari keliling lapangan. Nadia segera di bawa ke UKS untuk meminta pertolongan pertama. Oliv sangat gelisah, takut terjadi apa-apa dengan Nadia. Mudah-mudahan Nadia hanya kecapean aja, Oliv berusaha menenangkan dirinya. Selama ini Nadia memang sering pusing, tetapi Oliv yang merupakan sahabat terdekatnya tidak pernah mengetahui penyakit apa yang diderita gadis manis itu. Begitu juga Aldo, sebelumnya Aldo juga pernah menggendong Nadia waktu pingsan ketika keluar dari perpustakaan. Setelah menunggu beberapa jam ternyata Nadia tidak juga siuman, akhirnya ia dibawa ke rumah sakit umum. Dokter bilang ia terserang penyakit kanker otak stadium lanjut. Hal itu yang akan membuat Nadia semakin terpuruk setelah mengetahui penyakit yang dideritanya selama ini. Apalagi Olivia dan Aldo, mereka berdua sangat histeris mendengar penuturan dokter. Walau bagaimanapun juga ibu Nadia harus mengetahui kondisi putrinya. Dokter akan berusaha semaksimal mungkin agar pasien bisa sembuh seperti semula. Itulah harapan terbesar yang diharapkan ibu Nadia, Aldo, dan Olivia. Akhirnya Nadia mengetahui penyakit yang di deritanya. Kenyataan pahit harus diterima, dokter memvonis bahwa umurnya tidak akan lama lagi meskipun kita tau takdir ada ditangan Tuhan. Nadia terlihat sedih, karena cepat atau lambat perpisahan itu akan terjadi. Ia akan berpisah dengan ibu yang sangat dicintainya, kekasihnya, dan sahabat terbaiknya. Lagi-lagi butiran bening terus mengalir membasahi pipinya.
     Telah sebulan Nadia dirawat di rumah sakit. Suatu hari, ketika Aldo pamit pulang sebentar kerumahnya. Tiba-tiba Nadia tampak ingin berbicara serius dengan sahabatnya itu.
“Liv, aku mau ngomong sesuatu sama kamu..” kata Nadia.
“ Ngomong apa Nad?” lanjut Olivia
“Jika nanti aku pergi kamu jagain Aldo ya Liv. Aku yakin kamu bisa memperhatikannya karena aku tidak akan pernah bisa bersamanya lagi. Waktuku semakin dekat. Aku sayang sama kalian semua. Tetapi aku rasa tugasku di dunia ini telah selesai. Aku mau kamu jadi kekasih Aldo Liv, itu permintaan terakhirku. Jaga dia seperti aku menjaganya. Tolong tepati jika kamu memang sahabat sejatiku.”
Belum sempat Oliv menjawab, tiba-tiba ibu Nadia dan Aldo muncul dari depan pintu.
“Bu, Al, Oliv maafin semua kesalahan Nadia ya..” kata Nadia lirih
“Iya, tanpa minta maaf pun kami semua memaafkanmu Nad..” jawab ibunya dengan penuh iba
     Kemudian Nadia membalas dengan senyuman yang telah lama tenggelam kini terlihat sangat manis sekali dan iapun menghembuskan nafas terakhir yang disaksikan Ibunya, Aldo, dan Olivia. Nadia telah pergi untuk selamanya. Airmata sudah tidak dapat terbendung lagi. Hanya do’a yang bisa dititipkan agar Nadia tenang di alam sana.

                                                                                                                                Created : Rheiya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar