Hari ini hari senin. Mentari seakan
tersenyum mulai tampak bercahaya keluar dari tempat persembunyiannya.
Titik-titik embun masih tersisa disela-sela dedaunan hijau, bunga-bunga mulai
bermekaran menebarkan aroma bahagia sesuai dengan perasaan Nadia saat ini.
Namanya Nadia Indriani, biasanya di panggil dengan sebutan Nadia. Gadis ini terlihat selalu bahagia walaupun
hatinya menangis. Ia tidak mau menampakkan kesedihannya karena itu akan membuat
dirinya semakin terpuruk. Baginya biarlah semua itu lepas dengan senyuman
keikhlasan.
“
Nad… suara ibu terdengar samar-samar memanggil anak kesayangannya itu.
“
Iya Bu” jawab Nadia yang masih di kamar. Nadia langsung bergegas menuju ke
ruang makan. Segelas susu hangat dan sepiring nasi goreng telah tersaji di atas
meja. Setelah sarapan, jam sudah menunjukkan pukul 06.30 menit. Nadia
berpamitan kepada ibunya untuk berangkat ke sekolah.
“
Bu, Nad berangkat ya.. Assalamualaikum..” pamit Nadia sambil menyalami tangan
wanita separuh baya itu.
“
Iya Nak, hati-hati di jalan. Waalaikumsalam..”
“
Baik Bu..” balas Nadia dengan senyuman yang sumringah sambil berlalu dari
hadapan sang ibu.
Nadia merupakan anak satu-satunya dari
keluarga ini yang lebih tepatnya lagi disebut anak tunggal. Ayah telah lama
meninggal ketika umurnya masih 4 tahun, sejak itu Nadia diasuh dan di besarkan
ibunya. Akhirnya ia tumbuh menjadi gadis yang solehah, baik, penyabar, berbudi
pekerti luhur, dan banyak lagi sifat baik lainnya hingga tidak dapat dituliskan
satu persatu kebaikannya. Ia sangat patuh dan berbakti kepada ibunya. Sejak
ayah meninggal, ibunya lah yang mengambil alih untuk mencari nafkah demi
mencukupi kebutuhan sehari-hari. Ibu Nadia bekerja sebagai penjual jamu
keliling. Hasilnya Alhamdulillah bisa mencukupi kebutuhan mereka. Selain itu
ibu Nadia juga mempunyai sebuah warung kecil yang menjual barang kecil-kecilan.
Setelah pulang sekolah Nadia selalu membantu ibu untuk menjaga warung itu.
Dengan sejuta semangat Nadia melangkahkan
kaki menuju ke sekolahnya. Hari ini kelihatannya ia ceria banget, ntah apa
gerangan yang membuat gadis manis itu bisa sebahagia ini. yang pastinya ia akan
ketemu ma pujaan hatinya di sekolah dan kedua ia akan ketemu ma sobat karibnya,
Olivia. Olivia merupakan sahabat terbaik Nadia sejak dari kecil. Cukup lama
juga persahabatan mereka bisa bertahan hingga kelas XII sekarang ini. Olivia
gadis yang baik, periang, selalu ngerti sahabatnya tetapi agak sedikit manja. Dari
kejauhan udah keliatan Olivia duduk di koridor sekolah. Nadia pun langsung
menghampirinya.
Tidak berapa lama kemudian bel tanda
pelajaran pertama dimulaipun berbunyi. Semua siswa masuk ke kelasnya
masing-masing, begitu juga dengan Nadia dan Olivia. Mereka langsung bergegas
melangkah menuju ke kelas XII IPA 2. Mata pelajaran pertama adalah pelajaran
yang paling disukai Nadia yaitu hitung-menghitung, tidak lain pelajaran itu
adalah matematika apalagi guru yang mengajarnya sangat ramah dan menyenangkan,
rumus demi rumus dijelaskan dengan metode yang mudah dipahami oleh siswanya.
Aldo, yang merupakan pacar Nadia adalah
pria yang terkesan baik, dewasa, cakep, keren, dan juga sangat perhatian dan
pengertian. Hubungan mereka sudah terjalin cukup lama yaitu setahun delapan
bulan. Nadia sangat mencintai dan menyayangi Aldo, begitu juga dengan Aldo.
Aldo ingin selalu ada buat Nadia, memperhatikan Nadia, dan saling melengkapi
satu sama lain. Satu hal yang sangat disukai Nadia dari Aldo yaitu Aldo selalu
bisa nerima dia apa adanya bukan ada apanya. Aldo memang terlahir dari keluarga
yang berada, ibunya seorang dosen di sebuah Universitas di Bandung sedangkan
ayahnya seorang manager perusahaan di sebuah kantor ternama. Tetapi hal itu tidak pernah terlintas di hati
Aldo untuk membandingi latar belakang keluarganya dengan keluarga Nadia. Aldo
tetap menyayangi Nadia segenap jiwa dan raganya. Baginya kekurangan dan
keterbatasan bukanlah jadi penghalang cinta mereka. Segala yang telah terjalin
akan tetap terjaga.
Aldo, kakak kelas Nadia sekaligus pacarnya
itu mempunyai hobby main basket dan piano. Nadia terkesima jika lagi ngeliat
Aldo bermain piano. Ia terbawa dengan alunan cerita cinta yang terjalin
diantara mereka seiring dengan lantunan lagu yang dinyanyikan Aldo. Rasanya
segala aktivitas terhenti begitu saja dengan nada piano yang dimainkan Aldo.
Hari-hari selalu mereka lewati bersama.
Walaupun Nadia punya pacar, tetapi ia tidak pernah ngelupain Olivia yang
merupakan sahabat terbaiknya, tempat mengadu suka dan duka. Nadia bangga bisa
memiliki dan dimiliki oleh mereka. Nadia ingin terus bersama dan saling berbagi
dengan orang-orang yang ia cintai dan sayangi. “Moga kebahagiaan itu tidak
pernah berakhir”, batinnya.
Keesokan harinya, ketika pelajaran
olahraga kepala Nadia mendadak pusing. Sebelumnya ia juga sering pusing tetapi
tidak separah ini. Nadia berusaha untuk tidak memanjakan dirinya, tetapi
keadaan telah buat dia tidak sadarkan diri. Nadia terjatuh dan pingsan
tergeletak di tengah-tengah lapangan basket ketika disuruh lari keliling
lapangan. Nadia segera di bawa ke UKS untuk meminta pertolongan pertama. Oliv
sangat gelisah, takut terjadi apa-apa dengan Nadia. Mudah-mudahan Nadia hanya
kecapean aja, Oliv berusaha menenangkan dirinya. Selama ini Nadia memang sering
pusing, tetapi Oliv yang merupakan sahabat terdekatnya tidak pernah mengetahui
penyakit apa yang diderita gadis manis itu. Begitu juga Aldo, sebelumnya Aldo
juga pernah menggendong Nadia waktu pingsan ketika keluar dari perpustakaan.
Setelah menunggu beberapa jam ternyata Nadia tidak juga siuman, akhirnya ia
dibawa ke rumah sakit umum. Dokter bilang ia terserang penyakit kanker otak
stadium lanjut. Hal itu yang akan membuat Nadia semakin terpuruk setelah
mengetahui penyakit yang dideritanya selama ini. Apalagi Olivia dan Aldo,
mereka berdua sangat histeris mendengar penuturan dokter. Walau bagaimanapun
juga ibu Nadia harus mengetahui kondisi putrinya. Dokter akan berusaha
semaksimal mungkin agar pasien bisa sembuh seperti semula. Itulah harapan
terbesar yang diharapkan ibu Nadia, Aldo, dan Olivia. Akhirnya Nadia mengetahui
penyakit yang di deritanya. Kenyataan pahit harus diterima, dokter memvonis
bahwa umurnya tidak akan lama lagi meskipun kita tau takdir ada ditangan Tuhan.
Nadia terlihat sedih, karena cepat atau lambat perpisahan itu akan terjadi. Ia
akan berpisah dengan ibu yang sangat dicintainya, kekasihnya, dan sahabat
terbaiknya. Lagi-lagi butiran bening terus mengalir membasahi pipinya.
Telah sebulan Nadia dirawat di rumah
sakit. Suatu hari, ketika Aldo pamit pulang sebentar kerumahnya. Tiba-tiba
Nadia tampak ingin berbicara serius dengan sahabatnya itu.
“Liv,
aku mau ngomong sesuatu sama kamu..” kata Nadia.
“
Ngomong apa Nad?” lanjut Olivia
“Jika
nanti aku pergi kamu jagain Aldo ya Liv. Aku yakin kamu bisa memperhatikannya
karena aku tidak akan pernah bisa bersamanya lagi. Waktuku semakin dekat. Aku
sayang sama kalian semua. Tetapi aku rasa tugasku di dunia ini telah selesai. Aku
mau kamu jadi kekasih Aldo Liv, itu permintaan terakhirku. Jaga dia seperti aku
menjaganya. Tolong tepati jika kamu memang sahabat sejatiku.”
Belum
sempat Oliv menjawab, tiba-tiba ibu Nadia dan Aldo muncul dari depan pintu.
“Bu,
Al, Oliv maafin semua kesalahan Nadia ya..” kata Nadia lirih
“Iya,
tanpa minta maaf pun kami semua memaafkanmu Nad..” jawab ibunya dengan penuh
iba
Kemudian Nadia membalas dengan senyuman
yang telah lama tenggelam kini terlihat sangat manis sekali dan iapun menghembuskan
nafas terakhir yang disaksikan Ibunya, Aldo, dan Olivia. Nadia telah pergi
untuk selamanya. Airmata sudah tidak dapat terbendung lagi. Hanya do’a yang
bisa dititipkan agar Nadia tenang di alam sana.
Created : Rheiya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar