Minggu, 25 November 2012

OPINI KAMARIAH D2


Pentingnya Kebersihan Lingkungan

Hidup sehat diawali dengan lingkungan yang bersih. Setiap orang pasti menginginkan lingkungan yang bersih, bebas dari sampah-sampah yang berserakan agar bisa bisa menjalani hidup sehat. Orang yang sehat maka akan terhindar dari berbagai penyakit.
Masyarakat di kecamatan Singkep telah lama menginginkan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah, karena selama ini memang belum ada dibangun oleh pemerintah. Seiring dengan perkembangan zaman ini maka sarana dan prasarana juga akan banyak terlengkapi. Contohnya saja bangunan-bangunan seperti gedung, hotel, perumahan, dan lain sebagainya sudah mulai dibangun. Mulai dari bangunan yang kecil hingga bangunan yang besar dan bertingkat. Tetapi disamping itu, bukan berarti kebersihan lingkungan tidak diperhatikan. Kebersihan merupakan factor utama yang perlu dijaga, hingga penghujung tahun 2012 ini pembangunan  Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah di kecamatan Singkep belum juga terbangun. Masyarakat sudah mulai resah dengan keadaan lingkungan yang semakin hari tidak terjaga, sampah berserakan di mana-mana, baik itu di pinggir jalan maupun di tempat-tempat umum lainnya.
Akhirnya masyarakat berhasil menemukan informasi bahwa pada tahun 2013 mendatang ini akan diusulkan dalam Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Lingga untuk membangun  Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah. Hal ini sangat disetujui masyarakat setempat. Ada perasaan lega di hati mereka. Besar harapan mereka agar pembangunan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah bisa terwujud di tahun mendatang. Hanya saja lokasi untuk membangun  Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah tersebut belum ditemukan tempat yang cocok dan layak. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) kabupaten lingga sedang mengkaji kelayakan lokasi tersebut. Bappeda akan berusaha secepatnya mencari tempat yang layak untuk dijadikan lahan.
Kemungkinan tahun depan sudah dianggarkan untuk pembangunan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah di lokasi yang benar-benar sudah layak. Bapak Prayogi mengusulkan ada dua tempat yang dianggap layak yaitu di daerah Batu Berdaun dan di daerah kecamatan Singkep Barat, tetapi saat ini Bappeda masih mengkaji dan mencari lokasi yang cocok dan layak dijadikan sebagai Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah. Setelah diperkirakan dan dari hasil kesepakatan bersama lahan yang diperlukan untuk membangun Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah dibutuhkan kira-kira seluas 5 Hektar.
Atas dukungan dari masyarakat setempat, pembangunan ini dilakukan agar sampah-sampah yang selama ini berserakan karena dibuang di pinggiran jalan tidak ada lagi. Masyarakat juga harus mempunyai kesadaran agar membuang sampah pada tempatnya meskipun saat ini belum ada Tempat Pembuangan Akhir (TPA) untuk sampah tersebut. Kita sebagai masyarakat juga dapat melakukan beberapa cara agar sampah tidak berserakan yaitu membuang sampah dengan cara dibakar dan ditimbun dengan tanah, baik itu sampah organik maupun anorganik. Karena jika penumpukan terlalu banyak maka akan mencemari lingkungan dan menimbulkan berbagai bibit penyakit.
Masyarakat kadang-kadang mengeluh dengan sampah yang bukan berasal dari warga setempat. Karena di daerah lain juga membuang sampah pada satu tempat tersebut. Padahal, sudah dibuatkan pagar di lokasi itu agar tidak ada yang membuang sampah sembarangan, tetapi untuk mengatasi hal itu masih sulit dihindari.
Untuk membangun Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah tersebut butuh biaya yang cukup banyak yang sesuai standar diperlukan dana kira-kira 6-7 Miliar. Dana tersebut bersumber dari APBN ditambah dana sharing dari Pemko atau Pemkab. Untuk di kecamatan Lingga juga akan dibangun Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah tersebut pada tahun 2014 mendatang. Dana yang dibutuhkan memang cukup besar tetapi itu demi kepentingan bersama untuk menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat.
Usulan ini hanya untuk persiapan. Karena jika ini tidak disiapkan maka dana untuk pembangunan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah ini akan dialihkan ke kabupaten kota lain yang lebih dahulu menyiapkan sarana dan prasarana serta lahannya. Lokasi yang dipilih itu semoga bisa diterima Bappeda untuk dijadikan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah sesuai dengan luas lahan yang diharapkan. Lokasi di daerah Batu Berdaun tersebut memang tergolong cukup luas dan tempatnya juga jauh dari rumah warga. Memang di Batu Berdaun merupakan salah satu tempat wisata yang ada di kecamatan Singkep. Tetapi dengan usulan ini kiranya tidak menghalangi para wisatawan dan pengunjung untuk mengunjungi tempat wisata tersebut. Karena sekarang sudah memasuki akhir bulan November. Oleh karena itu, masalah ini harus segera diusulkan dan diketahui oleh Bappeda secepatnya.
Kami hanya dapat berharap semoga usulan tersebut membuahkan hasil dari anggaran dana yang tersedia. Jika telah ada Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah maka lingkungan akan terjaga dengan baik dan masyarakat juga akan merasa betah dan nyaman. Dengan begitu masyarakat dapat menjalani hidup sehat dengan lingkungan yang bersih dan terjaga.          

Sabtu, 17 November 2012

KAMARIAH D2: BAHAGIA DI UJUNG DERITA


Bahagia di Ujung  Derita
Tiga tahun Tiara jalani hidup jauh dari orang tuanya. Orang tua Tiara menitipkan gadis ini tinggal bersama bibinya untuk melanjutkan sekolah di sebuah SMA yang terletak tidak jauh dari rumah bibinya. Ibu Tiara sepenuhnya mempercayai  wanita yang merupakan kakak dari suaminya itu untuk mengajar dan mendidik anaknya selama tinggal di tempat bibinya itu.
Hari pertama Tiara datang bersama orang tuanya disambut oleh bibi dengan senyuman yang sangat ramah. Tiara juga merasa sangat senang ketika pertama kali tinggal di rumah bibinya itu. Selain baik,  bibinya sangat perhatian dengan Tiara. Sejak saat itu Tiara memulai hidup bersama bibi.
Bulan berganti bulan dan tahunpun berganti tahun. Setelah setahun tinggal bersama bibi, Tiara baru merasa sangat jauh-jauh berbeda ketika tinggal dengan orang tuanya sendiri. Tetapi inilah jalan yang  harus ia tempuh. Ia ingat pesan orang tuanya agar belajar dengan giat dan menjadi orang yang berguna nantinya. Dengan sejuta harapan dan tekad yang kuat Tiara lewati semuanya dengan hati yang sabar.
Tiara juga termasuk anak yang patuh dan penurut, tetapi yang dilakukannya selalu salah dimata sang bibi. Tak jarang Tiara juga sering di marah, Tiara akui sepenuhnya mungkin itu kesalahan darinya. Mungkin bibi ingin melakukan yang terbaik untuk Tiara. Tiara juga sadar ia harus banyak belajar dari orang lain agar bisa menjadi anak mandiri. Hal itu tidak pernah terlintas dihati Tiara untuk membenci bibinya. Dia tetap menyayangi bibinya seperti menyayangi orang tuanya sendiri. Padahal disaat tinggal di rumah bibi, Tiara tidak pernah diizinkan keluar rumah kecuali ada tugas kelompok, itupun tidak boleh terlalu lama. Oleh karena itu selama SMA Tiara tidak pernah mengikuti kegiatan apapun di sekolah.
Setiap ada permasalahan di rumah bibi, Tiara tidak pernah menyampaikan masalah tersebut kepada orang tuanya. Biarlah masalah itu selesai dengan sendirinya. Tiara hanya bisa menahan air mata, berusaha untuk tegar dan selalu bersabar atas cobaan yang diterimanya. Biarlah semuanya berjalan sesuai dengan garis yang telah ditentukan.
Akhirnya waktu yang dinanti-nantikan tiba. Tiara berhasil lulus dari SMA tersebut dengan nilai yang maksimal. Tiara sangat berterima kasih karena bibi yang telah mampu mendidik dan mengajari arti kehidupan yang sesungguhnya pada dirinya hingga ia tumbuh menjadi gadis yang lebih dewasa. Memang benar suatu keberhasilan itu bisa diraih berawal dari penderitaan.