Namanya Imelda Larasati , biasanya dipanggil
dengan sebutan Imel. Ia baru saja menginjak usia 16 tahun, masih belia sekali.
Sekarang imel menduduki bangku SMA kelas XI IPA 2. Imel terkesan gadis yang
periang, ramah, cerdas, baik hati, dan gampang bergaul sama siapa aja. Itulah
sifat yang disukai teman-teman darinya. Saat pertama masuk SMA ia langsung mempunyai
teman baru, mereka adalah Dinda, Dimas, dan Alisa. Semakin hari hubungan mereka
semakin dekat. Dalam waktu singkat mereka mampu mengenali pribadi masing-masing
dan saling berbagi cerita, suka dan duka serta canda tawa bersama. mereka
selalu belajar bersama, ke perpustakaan bersama, dan segala sesuatunya selalu
dilakukan bersama. Akhirnya mereka sepakat untuk menjalin sebuah persahabatan
yang akan tetap terjaga selamanya. Hal itu sangat menyenangkan bagi Imel, “ moga
kebahagiaan ini tidak akan pernah berakhir”, batinnya.
Hari-hari yang mereka lalui begitu indah,
lengkap, berwarna, dan menyatu dalam kebersamaan. Sampai suatu ketika hal yang
pernah Imel takutkan akhirnya terjadi juga, yaitu jatuh cinta kepada sahabat
sendiri. Imel merasakan perasaan yang berbeda akhir-akhir ini ketika bersama
Dimas. Perasaan yang tidak sama seperti biasanya kini dialami Imel. Jatuh cinta
yang pertama kali ia rasakan.
Awalnya Imel menganggap itu hanya perasaan
sayang terhadap sahabat, tapi lama-kelamaan ia semakin merasa bahwa itu lebih
dari perasaan sayang sebagai seorang sahabat. Rasa ini begitu spesial untuk
seseorang. Dia selalu terbayang dengan semua hal yang berhubungan tentang
Dimas, Imel sendiri nggak ngerti kenapa hal itu bisa terjadi pada dirinya. Imel
sangat tidak menyangka dan tidak menduga sebelumnya. Perasaan ini bukan ia yang
menginginkan tetapi muncul dengan sendirinya. Di sisi lain Imel takut hubungan persahabatannya
jadi hancur jika Dimas mengetahui tentang perasaan Imel yang sebenarnya. Imel
hanya tidak ingin hal itu terjadi antara dia dengan Dimas tetapi ia juga tidak
bisa membohongi perasaannya kalau dia mencintai Dimas. Semuanya jadi serba
salah. Cinta memang selalu hadir tanpa disadari, tidak ada yang bisa menebak
kapan cinta itu datang dan kepada siapa kita akan jatuh cinta.
“Tapi apa dia juga mempunyai perasaan
yang sama denganku? Dimas begitu baik kepadaku, aku nggak mau salah mengartikan
kebaikannya. Mungkin saja dia baik hanya karena aku sahabatnya. Aku berusaha
mencoba menghilangkan perasaanku padanya, tapi kenapa aku tidak pernah bisa
ngelakuin itu? Kutepiskan semua keraguan dijiwaku tetapi semakin hari malah
semakin bertambah besar rasa sayangku pada Dimas” sederetan kata-kata itu terus
menghantui pikiran Imel dan mengetuk dinding hatinya.
Imel
nggak berani menceritakan tentang perasaan ini kepada Dinda dan Alisa bahwa Ia mencintai
Dimas. Mereka tidak pernah mengetahui hal itu. Mereka tidak pernah mengetahui
tentang perasaan Imel pada Dimas. Imel berusaha untuk menyembunyikan
perasaannya itu dalam-dalam.
Ternyata memendam sebuah perasaan sungguh
tidak menyenangkan. Ada keganjilan yang belum sempat diutarakan. Tetapi inilah
yang dihadapi Imel, ia bingung harus berbuat apa. Dia tidak mau persahabatannya
dengan Dinda dan Alisa jadi hancur hanya gara-gara ia jatuh cinta sama Dimas.
Sekarang mereka masih tetap belajar bareng, jalan bareng dan ngelakuin hal yang
biasanya mereka lakuin sama-sama. Imel tidak bisa dan tidak akan pernah bisa
jika harus kehilangan sahabat yang telah jadi bagian dari hidupnya, mereka
sudah ia anggap seperti saudara sendiri. Tetapi bagaimana dengan perasaannya?
Imel juga tidak ingin kehilangan orang yang ia cintai. Dimas sangat baik,
selain cakep dia juga tipe cowok yang pengertian. Dia beda dari cowok lainnya
yang pernah dikenal Imel sebelumnya. Senyumannya yang teduh dan penuh daya
pikat itu membuat Imel tak mampu berkata apa-apa jika senyuman itu dilemparkan
Dimas buatnya. Hatinya berbunga-bunga, seakan terbang melayang di alam maya.
Dunia terasa berhenti berputar saat itu juga. Ada ketenangan dan kedamaian
tersendiri yang ditemukan Imel ketika bersama Dimas. Awalnya dari rasa kagum
hingga ia benar-benar menyayangi Dimas lebih dari seorang sahabat. Perasaan
yang selama ini Imel khawatirkan ternyata muncul juga seiring dengan
bergulirnya waktu dan adanya kebersamaan diantara mereka.
“ Apakah aku salah atas perasaan ini? Tapi
apa mungkin aku dan dia bersatu dalam ikatan cinta? Apa dia juga mempunyai
perasaan yang sama kepadaku?” Imel terus bertanya-tanya dalam hatinya.
Tetapi
Dimas selalu bilang kalau di dunia ini nggak ada yang nggak mungkin, semuanya
pasti bakal terjadi kalau kita mau berusaha dan berdoa dan kalau kita yakin
kita bisa, itu semua akan terwujud. Itulah kata-kata yang selalu terbayang
dalam ingatan Imel. Sesosok pria seperti Dimas yang telah berhasil merebut hati
gadis manis ini dan membuatnya malu atas keterangannya sendiri. Imel nggak
sanggup jika harus terus-terusan memendam perasaan ini. Sampai kapan ia harus
menunggu jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang telah ia buat. Mudah-mudahan
rasa ini tidak pernah salah dan bukan dengan orang yang salah. Cinta yang telah
tertanam kini mulai tumbuh secara perlahan. Biarlah waktu yang akan menjawab
semua yang masih tersirat itu.